Selasa, 06 November 2012

Membumikan Idul Fitri


Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah untuk membunuh Rosulullah SAW. Dengan semangat meluap-luap ia mencari Rasulullah. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya. Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?” Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”.

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung menghantamnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang terkenal jago gulat. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”.
Para sahabat Rasul yang ada di situ tentu saja kaget dengan pertanyaan Rosulullah, terlebih Umar yang dari tadi ingin membunuhnya. Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang engkau maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu”.

Umar tetap mematuhi perintah Rasulullah ditengah keheranannya. Setelah memberi minum, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, “Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah.” Si musyrik itu menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada Ilah selain Allah dan Muhammad Rasul Allah.” Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, “Aku tidak akan mengucapkannya!”

Para sahabat yang menyaksikan tentu langsung mangkel sama orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negerinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah sumringah. Dia berkata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada Ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah.”
Rasulullah tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keridhaan Allah Robbul Alamin.”
♣♣♣
Namanya manusia, apalagi masih muda, emosinya masih labil. Kadang bawaannya emosi mlulu. Seringnya berpikir serba cepat, hanya menilai dari 1 sisi, lantas langsung diluapkan. Yang apes teman sebelahnya jadi pelampiasan. Yang lain pada senyum-senyum, dia kisut sendirian.. Tidak bisa dipungkiri, kita sadar atau tidak, kita sering melukai perasaan sahabat kita. Lewat perkataan kita yang tidak mengenakkan, atau sikap kita yang membuat dia tersinggung.
Marah itu soal biasa, memang tabiat manusia diberikan Allah emosi, tinggal bagaimana kita mengemasnya agar enak ditonton orang lain. Kisah yang saya tulis diatas adalah gambaran dari sifat mulia Rosulullah SAW yang begitu sabar dalam menghadapi rivalnya. Balasan dari Allah adalah masuk Islamnya si Tsumamah. Yuk kita rame-rame meneladani sifat mulia nan agung dri Rasulullah tsb, jangan sampai Allah menangguhkan surga bagi kita gara-gara kita bermusuhan. Dalam hadits di Kitab Shahih Muslim, dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda:

Pintu-pintu surga dibuka tiap Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, dosanya akan diampuni, kecuali 2 orang saudara yang terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, tundalah pengampunan mereka hingga keduanya berdamai, tundalah pengampunan mereka hingga keduanya berdamai, tundalah pengampunan mereka hingga keduanya berdamai.”
nah, gak enak kan kalo bermusuhan.!


Kita bukanlah malaikat, jadi siapapun pasti berpeluang untuk menyakiti saudaranya. Rosulullah mengajarkan kita untuk berani mengakui kesalahan, Beliau sangat takut kelak bertemu Allah SWT dalam keadaan membawa dosa mendhalimi sesama saudaranya. Orang yang tidak berani minta maaf bukan muslim sejati. Rosulullah SAW bersabda, “Muslim (sejati) adalah ketika orang-orang muslim lainnya selamat dari (gangguan) lidah dan tangannya.” (HR Bukhari Muslim).
Dalam tulisan ini saya mau berbagi tips bagaimana minta maaf dan memaafkan mudah. Tapi ini berdasarkan pengalaman pribadi lho, jadi afwan jika ada yang tidak sependapat. Berikut ini teknik minta maaf yang mudah, familiar, dan cukup jitu :

  • Segera, jangan ditunda-tunda
Sikap yang paling utama, bijak, dan tepat ketika kita berbuat salah adalah minta maaf sesegera mungkin. Jangan nunggu Idul Fitri dulu baru minta maaf. Kata Bimbo dalam nasyidnya, Berbuat baik janganlah ditunda-tunda
Rosulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya maupun sesuatu yang lain, maka hendaklah dia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat).” (HR Bukhari)

  • Bertemu
Kata sobat saya semasa si Puskom (Bayu Wijaya Sentosa Sepanjang Masa) pernah ngasih nasihat, Media itu mendekatkan yang jauh, tapi jangan sampai menjauhkan yang dekat. Adanya fasilitas SMS, FB, dan sosmed lain menyebabkan kita begitu mudah menyampaikan pesan ke teman-teman. Sebetulnya itu baik, tapi untuk kasus minta maaf kita musti bertemu secara langsung. Kita harus pastikan yang kita sakiti memaafkan kita secara lisan, ekspresi dan sikap. Kalo cuma SMS, siapa tahu dia bacanya sambil makan, sambil nonton film, atau sambil tiduran, akhirnya dicuekin deh. Ya bisa jadi dia bales sms qt, “Iya gak pa2, saya maafin kok..” Masalahnya, apa kita menjamin dia benar-benar tulus. Kalo via sms kita tidak bisa langsung melihat ekspresi wajahnya, sehingga kita belum bisa mengukur kadar ketulusannya.
Maka dari itu sehingga, pendapat saya, seandainya memang jaraknya jauh, minta maaf via media tidak masalah. Tapi jika jaraknya dekat, seharusnya bertatap muka dan bersalaman, cipika-cipiki, berpelukan sembari mengucapkan permohonan maaf dan saling mendoakan bagi kebaikan dan kebahagiaan bersama. Indah sekali bukan?
Toh dengan bertemu secara langsung insya Allah akan terhapus dosa kita. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dua orang muslim bertemu dan bersalaman, melainkan akan berguguran dosa keduanya sebagaimana daun gugur dari pohonnya.” (HR Abu Daud)

  • Tulus setulus-tulusnya
Kalau kesalahnnya besar, harus semakin tulus dengan level ketulusan yang paling tulus hingga tidak ada tulus setelahnya. Semakin kita tulus, yang kita sakiti akan semakin iba dan tidak segan memaafkan kita.
Kita ingat kisahnya Abu Dzar dan Bilal, semoga Allah meridhoi keduanya. Suatu ketika mereka berdua terlibat adu mulut. Karena emosi, Abu Dzar menghardik Bilal, “Dasar anak perempuan hitam!” Bilal yang tersinggung melaporkannya ke Rosulullah. Seketika itu beliau langsung marah sambil menodongkan jarinya ke wajah Abu Dzar, “Sungguh dalam dirimu masih tersimpan sifat jahiliyah!” Abu Dzar sadar dan minta maaf kepada Bilal. Ingat kan caranya beliau minta maaf?? Abu Dzar menempelkan pipinya ke tanah, beliau berkata, “Wahai Bilal, injaklah wajahku sebagai balasan penghinaanku padamu. Kumohon Bilal, injaklah wajahku jika dengan ini kau mau memaafkanku!” Bilal berkata, “Aku telah memaafkan Abu Dzar Ya Rosulullah.”
Ya jelaslah Bilal mau memaafkan Abu Dzar, cara beliau meminta maaf sangat tulus.

  • Spesifik
Bagi kita yang minta maaf mengandalkan momen Idul Fitri, tentunya bahasa SMS yang kita gunakan sangat umum. Kita sms dengan bahasa yang sama rata ke semua nama di phone book. Apakah itu bisa kita kategorikan minta maaf?? May be yes, may be no. Menurut saya pribadi, sms saat lebaran bukanlan permohonan maaf, tetapi sms tersebut memiliki 3 fungsi. 
 
Pertama, sebagai ajang memeriahkan Idul Fitri. Ini bagus, dengan adanya sms jama’ah ini menandakan Idul Fitri memang agenda yang akbar dan patut untuk dirayakan bersama-sama. Saya pernah baca di website resmi Telkomsel (www.telkomsel.com). Saat Idul Fitri 1433 kemaren, di daerah Sumbagsel (Sumatera bag selatan) saja, Telkomsel telah menerima 60 juta sms perhari, terhitung malam 1 Syawal. Selama lebaran mereka membuat layanan 1,3 Miliar SMS dan 1,15 Miliar menit telpon. Wow! Kedua, untuk menjaga hubungan dengan teman/kerabat yang 1 tahun gak kita sms. Pasti ada kan, teman yang kita sms cuma saat lebaran, ya berarti dia jatahnya cuma 1 tahun sekali.hehe.. Ketiga, melatih kreatifitas. Bagus-bagusan kalimat, bahasa puitis, ada gambar masjidnya juga, bahkan ada yg nulis pake bahasa Arab.

  • Menawarkan Qishash
Suatu ketika datang laki-laki kepada Khalifah Umar tentang permasalahnnya, saat itu Umar sedang sibu. Dengan nada marah Umar berkata, “Mengapa orang-orang jarang mengadu ketika aku longgar, namun ketika aku sibuk mereka selalu mengadu kepadaku?” Umar seketika memukulnya dengan tongkat lantaran emosi. Laki-lak itu pulang dengan sedih. Sesaat kemudian Umar menyadari kesalahannya dan memanggilnya kembali. Umar memberikan tongkatnya dan menaawarkan Qishash padanya. Namun lelaki tsb menolak dan mengikhlaskannya. Umar pun masuk rumah dan shalat dua rakaat, belaiu bermuhasabah, “Wahai Ibn Al-Khattab, dahulu engkau hina kemudian Allah mengangkat derajatmu. Dahulu engkau sesat, kemudian Allah memberikan hidayah kepadamu. Dahulu engkau lemah, kemudian Allah memberikan kekuatan kepadamu, bahkan menjadikanmu sebagai khalifah. Lalu datang seorang lelaki hendak mengadu kepadamu namun engkau malah menzhaliminya. Apa yang akan engkau katakan di hadapan Allah kelak?” Beliaupun terus menyesali perbuatannya dan menangis hingga orang-orang mengkhawatirkan keadaan dirinya.
Jika kesalahan kita adalah menyakiti secara fisik, kita harus menawarkan untuk agar dia membalasnya. Biar dia yang memilih untuk menyakiti yang setara atau mengikhlaskannya. Jika kesalahan kita berupa menghilangkan/merusak uang/barang, kita harus mengantinya, kecuali dia telah mengikhlaskannya.
♣♣♣
Ikhwah fillah, yuk kita renungkan hadits Rasulullah SAW berikut, “… jika dosaku dengan sesama manusia, maka hendaklah diselesaikan dengan baik di dunia, adapun kalau kesalahan langsung terhadap Allah SWT, maka Allah SWT Maha Pengampun lagi mudah memaafkan selama mau bertaubat …” (HR Muslim)

Mudah-mudahan kita sensiasa menjadi muslim yang berani minta maaf kepada siapapun yang kita sakiti, meskipun usia, intelektual, ekonomi, jabatannya lebih rendah dari kita. Say no to gengsi. Jangan sampai kesalahan kita kepada sesama menghambat kebahagiaan kita di akhirat.
Sekian nggeh,, Syukron wa afwan.


Jazakumullah khairan katsiran…

Hukum (Wanita = Setengah Pria)



Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan...” (QS Luqman : 29)




Kita tahu bahwa Allah SWT itu indah dan menyukai keindahan, indah identik dengan teratur, teratur identik dengan seimbang, seimbang identik dengan adil. Sehingga kita meyakini bahwa semua yang Allah SWT atur di alam semesta ini sudah berdasarkan, keteraturan, keseimbangan, dan keadilan yang seadil – adilnya.
Adil tentunya tidak selamanya musti sama, namun proporsional. Allah SWT menempatkan dan memberikan porsi kepada tiap makhuknya dengan takaran yang sangat adil; baik yang di langit maupun di bumi; makhuk darat, air, maupun udara; laki – laki maupun perempuan.
Dalam Asma’ul Husna Allah SWT memiliki nama Al ‘Adl (Maha Adil), Al Hakim (Maha Bijaksana), dan Al Hasib (Maha Memperhitungkan). Di dalam Al Qur’an, terdapat statemen yang tegas mengenai hal tsb, diantaranya:

Surat An Nisa’ ayat 86 :
Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
Surat At Tiin ayat 8:
Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Surat Maryam ayat 94 :
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.
Dengan sifat-Nya yang mulia nan agung, Allah memperintahkan kepada manusia untuk juga mampu berbuat adil kepada sesama. Diantara perintah tsb ada pada :
Surat Hud ayat 85 :
Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka
Surat Ar Rahman ayat 9 :
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu.
Surat Al Maidah ayat 42 :
Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.

Nah, saudara – saudaraku sekalian, berkenaan dengan sifat-Nya yang Maha Adil adalah terkait hukum – hukum Islam yang berkenaan dengan pembagian laki – laki dan perempuan. Di dalam hukum Islam, terdapat 5 kasus dimana perempuan dinilai separuh dari laki – laki, 5 hal itu adalah warisan, aqiqah, persaksian, diyat, dan memerdekakan hamba sahaya. Berikut sumber – sumber dari Al Qur’an dan Hadits yang memaparkan hukum tsb :
  1. Faroidh (Warisan)
Dalam syari’at Islam jatah warisan perempuan adalah separuh bagian warisan laki-laki apabila satu derajat. Allah SWT berfirman: “Allah mensyari'atkan bagian tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan”. (QS An-Nisa': 11)
  1. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang yang disembelih pada hari ketujuh kelahiran anak. Anak Perempuan satu ekor kambing, sedangkan anak laki-laki dua ekor kambing. Dari Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menyembelih dua kambing bagi anak laki-laki dan satu kambing bagi anak perempuan.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmizi).
  1. Saksi
Allah SWT berfirman: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu, jika tidak ada dua orang lelaki maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhoi. (yang demikian itu) agar bila yang satu lupa maka yang lainnya mengingatkan.” (QS Al-Baqarah: 282)
  1. Diyat
Diyat adalah denda karena menghilangkan nyawa atau anggota tubuh. Tidak ada dalil yang shahih dari Rasulullah SAW tentang diyat Perempuan, baik diyat nyawa maupun anggota badan, akan tetapi telah terjadi Ijma’ Ulama’ bahwa diyat Perempuan separuh dayat laki-laki. Berkata Imam Ibnu Mundzir dan Ibnu ‘Abdil Bar : “Para ulama' sepakat bahwa diyat Perempuan adalah separuh diyat laki – laki “. (Al-Ijma':72 dan Al Mughny:10/13)
  1. Al Itqu
Yaitu memerdekakan / membebaskan hamba sahaya dari perbudakan.
Dari Abu Huroiroh RA, Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa yang memerdekakan seorang hamba sahaya yang muslim, maka Allah selamatkan seluruh anggota tubuhnya dari api neraka.” (HR Muttafaq ‘alaih).
Dari Abu Umamah RA, Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa yang memerdekakan dua orang hamba sahaya yang muslimah, maka Allah selamatkan seluruh anggota tubuhnya dari api neraka.” (HR Tirmidzy).
Memerdekakan dua perempuan sama dengan memerdekakan seorang laki – laki untuk belindung dari api neraka, sebagaimana hadits di atas.


Sekian dulu ya, Jazakumullah khairan katsiran...






Sumber:
Kitab “Zadul Ma’ad” karya Ibnu Qayyim Al Jauzy