Sabtu, 24 Agustus 2013

Syeikh Bin Bazz pun Mendukung Dakwah Parlemen








Syeik Abdul Aziz bin Baz rahimahumullah adalah salah satu Ulama’ yang paling mantap, hebat, dan disegani seantero bumi. Beliau sosok panutan yang zuhud, tawadhu’, kedalaman ilmu dan akurasi fatwa beliau sangat layak dijadikan referensi yang mautsuq (terpercaya). Nah, ini adalah petikan wawancara dengan beliau yang dilakukan majalah Al Ishlah, dari Uni Eminat Arab, yang diterjemahkan oleh Salahhudin AR tahun 1993. Dari wawancara tersebut ada banyak pertanyaan, ini yang saya cuplik yang berkaitan / senada dengan dakwah politik. Berikutnya majalah Al Ishlah ditulis Ishlah, Syeik Abdul Aziz bin Baz ditulis Bin Bazz. 

Ishlah : Banyak diantara penuntut ilmu yang bertanya tentang hukum masuknya da’i dan Ulama’ di Majelis Perwakilan Rakyat dan Parlemen serta partisipasi mereka dalam pemilu yang diadakan oleh negara – negara yang memerintah tidak dengan syari’at Islam. Apa yang menjadi standar dan pedoman dalam hal itu?

Bin Bazz : Masuknya mereka ke dalam parlemen sangat penting, jika mereka memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan bashiroh (ketajaman mata hati), dengan niat membela kebenaran dan mengarahkan manusa kepada kebenaran serta mencabut akar – akar kebathilan. Jadi bukan karena mengharapkan kehidupan dunia dan kelezatan hidup, tetapi karena ingin menolong agama Allah dan berjihad di jalan kebenaran.

Dengan niat yang baik dan mulia ini, saya melihat tidak ada salahnya mereka berperan aktif dalam parlemen, agar anggota dan majelis – majelis itu tidak kosong dari kebaikan – kebaikan. Bila mereka berbuat tulus untuk menumbuh suburkan dan membela kebenaran dan membasmi kebathilan, maka Insya Allah, Allah akan memberi ganjaran pahala dan agar syari’at Islam dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Namun jika ambisinya mengharap dunia dan jabatan, maka hal itu dilarang. Jadi harus ikhlas mengharap rahmat Allah dan kehidupan akhirat, serta berkeinginan untuk membela dan menjelaskan kebenaran dengan argument-argumen yang handal agar majelis tersebut dapat kembali kepada kebenaran.

……………………………………………………

Ishlah : Kapankan sebuah nasihat menjadi rahasia (sembunyi-sembunyi) dan kapan dilakukan secara terang-terangan? Hafazhakumullah (semoga Allah menjagamu) ya syeikh..

Bin Bazz : Pemberi nasihat harus member yang terbaik. Jika ia melihat bahwa pemberian nasihat secara sembunyi – sembunyi lebih bermanfaat, maka hendaklah ia melakukan dengan sembunyi – sembunyi. Apabila ia melihat pemberian nasihat dengan terang – terangan lebih baik, maka hendaklah ia melakukan dengan terang – terangan.

Apabila ia melihat saudaranya melakukan dosa ditempat yang tidak diketahui public, maka lebih baik ia menasihati saudaranya secara 4 mata dan tidak menyebarkan atau mengumumkan perbuatan dosa tersebut. Adapun jika perbuatan dosa tersebut diketahui dan disaksikan public, misal di suatu pertemuan seseorang minum atau mengajak minum khamr, atau mengajak kepada riba dengan terang – terangan dan dia sendiri hadir dalam pertemuan tersebut, maka hendaknya dia mencegahnya dan mengatakan, “Wahai saudaraku ini tidak boleh dilakukan.” Bila engau diam, tidak menegur, berarti engkau telah melegalisir kebathilan. Jadi apabila anda di suatu majelis pertemuan dan nampak kemungkaran – kemungkaran seperti khamr, ghibah, dan sebagaina, sedang anda memiliki ilmu dan kemampuan, maka hendaknya anda mencegahnya karena ini adalah kemungkaran yang nyata, jangan diam sajo, ini dalam rangka menjelaskan dan mengajak kepada kebenaran.

……………………………………………………

Ishlah : Haruskah para Ulama’ dan da’i beramar ma’ruf nahi mungkar dalam bidang politik dan apa yang harus diperhatikan untuk itu?

Bin Baz : Dakwah kepada Allah merupakan sesuatu yang mutlak ada di setiap tempat, demikian pula dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Tetapi seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya, yaitu harus dilakukan dengan bijaksana, memakai ushlub yang baik, retorika yang jelas, tidak dengan kekerasan, cacian, dan pemaksaan.

Menyeru kepada Allah di Majelis Perwakilan rakyat, di masjid, di masyarakat, menyeru kepada Allah dan mengajar manusia kepada kebaikan jika ia memiliki ilmu pengetahuan dan bashiroh, dengan kata – kata manis, misal “Wahai Abdullah perbuatanmu itu tidak boleh..semoga Allah memberimu petunjuk.” “Wahai akhi, ini tidak boleh, Allah berfirman begini..Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda begini..”
Dalam hal ini Allah berfirman, “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik.” (An Nahl : 25)

Inilah jalan dan arahan dari Allah. Firman-Nya yang lain : “Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilngmu.” (Ali Imran : 159)

Dan tidak dapat mengadakan perubahan dengan tangannya, kecuali sebatas kemampuannya, misalnya perubahan terhadap isteri dan anak-anaknya jika ia sanggup akan hal itu. Demikian pula dengan seseorang yang memiliki kebaikan dan wibawa di tengah masyarakat, sanggup melakukan perubahan. Dan bila tidak memiliki wibawa, maka hal itu diserahkan kepada yang berwenang untuk menangani  dan mencegah kemungkaran dengan cara-cara yang baik.

……………………………………………………

Tahun 2014 nanti, akan ada momen Pemilihan Umum. Di momen ini maupun sebelum-sebelumnya, telah aktif berkontribusi partai-partai dakwah. Keberadaan mereka semoga menjadi angin segar untuk negeri kita tercinta. Kita sebagai penonton tidak bisa memaksakan kehendak dengan idealisme tinggi, bahwa mereka (partai dakwah) harus mampu membuat Indonesia adil, makmur, bahagia, kaya semua, cerdas semua, intinya dunia bagaikan surga rasanya. Memberikan masukan dan kritikan memang perlu, bahkan ini kebutuhan. Namun, kita perlu sadar untuk mewujudkan idealisme tersebut dibutuhkan ikhtiar tingkat tinggi, di mana hal ini kita serahkan kepada aktifis dakwah di parlemen.

Kita tidak boleh berfikir seolah – oleh semua harus baik secara ujug – ujug (tiba-tiba). Menjadikan bangsa kita (dengan segala kekurangannya) baik dan sejahtera tentu butuh proses yang tak mudah, tak pendek, dan tak murah. Kita sebagai penonton, andil kita adalah mendukung, mendo’akan, menyemangati, menasihati mereka di kala mereka khilaf. Dan peran-peran lain (seperti pembinaan) yang tak bisa semua saya tulis.
Memang ada perbedaan, Syeikh bin Bazz mendukung dakwan parlemen, pun demikian Syeikh Yusuf Qardhawi dan Aidh Al Qarni, dan beberapa Ulama’ lain. Sebagian lain menolak berdakwah lewat parlemen, seperti Hizbut Tahrir. Untuk Salafy belakangan ini mereka turut serta di Mesir, lewat Partai An Nur. Semoga Allah memudahkan ikhtiar mereka…

Perbedaan ini bukan untuk kita pertentangkan, apalagi sampai perang urat syaraf. Bukanlah akhlaq aktifis dakwah yang berta’ashub tinggi terhadap jama’ahnya, cukuplah fanatik kita terhadap Islam menjadi kekuatan utama kita. Tapi ya, sesekali debat kusir bisa dimaklumi, namanya juga anak muda, hehe

Menurut saya perbedaan ini hanya dalam ruang lingkup cara penegakan syari’ah. Sedangkan untuk konsep syariah dalam Negara sdah ada banyak literatur, selain yang dibuat An Nabhani, ada Al Ahkam Ash Shultoniyah by Imam Al Mawardi, Al Ahkam Ash Shultoniyah by Abu Ya’la, Siyasah Syar’iyyah by Imam Ibnu Taimiyah, Siyasah Syar’iyyah by Syeikh Al Utsaimin, dan mungkin ada yg lain.

Cara kita menyikapi perbedaan ini adalah, kita fokus pada ijtihad kita, tanpa kita melemahkan, memojokkan, apalagi menuduh jama’ah lain telah inkaru sunnah. Semakin kita keras melemahkan saudara kita, akan semakin banyak yang antipati dg kita. Jika kita hendak menasihati, kita sebisa mungkin menggunakan bahasa yang santun dan lemah lembut, seperti nasihat Syeikh bin Bazz di atas. Menolaknya seseorang atas masukan kita mungkin bukan karena isinya, sungguh isinya sejatinya sangat baik, namun penolakan itu berasal dari cara penyampaian kita yang kurang ahsan. Memang kita bisa menclaim bahwa itu nasihat, namun Allah telah menganugerahkan kita hati nurani untuk merasakan mana kata-kata yang sekiranya menyakiti, mana kata-kata yang mudah diterima. Terlalu banyak kisah dalam Siroh Nabawiyah maupun Siroh Sahabat, beberapa kamu musyrik masuk Islam bukan karena ceramahnya Nabi dan sahabat, bukan lewat dalil-dalil, juga bukan dari perdebatan, namun lewat akhlaqul karimah.

Ikhwahfillah, saya cukupkan sampai di sini, afwan pembahasannya kurang tajam. Yang lebih mantep bisa baca buku Geliat Partai Dakwah by Akmal Sjafril.

Jazakumullah khairan katsir…

Senin, 19 Agustus 2013

Fatimah Radhiallahu 'anha

Insya Allah kalau punya anak perempuan saya beri nama Fatimah.
Nama itu spesial, sampe-sampe di Siroh Ibnu Hisyam disebut setidaknya 7 kali dengan 7 orang yang berbeda. Ini dia :

  1. Fatimah binti Muhammad (putri kesayangan Rosulullah)
  2. Fatimah binti Asad (ibu Ali bin Abi Thalib)
  3. Fatimah binti Amr (nenek Rasulullah, ibu Abdullah) 
  4. Fatimah binti Za’idah (ibu Siti Khadijah)
  5. Fatimah binti Sa'ad (Istri Kilab bin Murrah, nenek buyut Hasyim bin Abdul Manaf)
  6. Fatimah binti Khatab (adik kesayangan Umar)
  7. Fatimah binti Hisyam (istri kedua Ali, sepeninggal Fatimah Az Zahra)

"Saya tidak pernah berjumpa dengan sosok probadi yang lebih besar daripada Fatimah, kecuali kepribadian ayahnya." (Aisyah r.a)

Senin, 21 Januari 2013

Mengapa Wanita Mudah Menangis



 
Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. 
(Luqman: 14)
 
 
 
 
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...." 
 
Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ayahnya menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. 

Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"

Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. 

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa. Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak. Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi. 

Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan".


Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi kalian berbuat durhaka kepada para ibu ….” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 4457)





(Zuriati Ibrahim from milist ingatan 
http://www.wanita-aries.blogspot.com/