“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua
orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.“
(Luqman: 14)
Suatu
ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu,
mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan
memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian
anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ayahnya
menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya
itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Sampai
kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa
wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada
Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"
Dalam
mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku
membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh
beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut
untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan
wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya,
walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan
keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua
orang sudah putus asa. Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat
keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan
wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam
kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan
dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi
yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan
saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan
wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi
pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak. Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan
untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang
tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan
menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri
sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Dan
akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang
khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini
adalah air mata kehidupan".
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi kalian berbuat durhaka kepada para ibu ….” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 4457)
(Zuriati Ibrahim from milist ingatan
http://www.wanita-aries.blogspot.com/
Assamualaikum Tuan Muda,
BalasHapusSebuah karya yang sangat menarik.
Ijinkan hamba berbagi rasa atas karya diatas ...
Memangisnya seorang wanita adalah dalam mencari kekuatannya. Mencari penawar buat luka-lukanya. Melupakan kisah yang menghancurkan harapannya. Kerap kali air mata di titiskan, di saat malam bertemu bintang, basah lembutnya bantal tidurnya atas kesusahan yang diberikan. Seringkali dia menjamu nasi, dia berkuahkan air matanya kerana kemiskinan dia tiada daya untuk menjadi kaya. Susah dan senang kehidupan ini, di sambut bersama air mata bahagia dan apabila kepayahan bertahta duka, air mata itu bisa menanggung derita cinta.
Wanita dan air matanya ...
adalah linangan yang tiada sudah
namun begiutlah juga adab seorang wanita
mendoakan buat semua tanpa meminta balasan apa jua.
Wassalam
Ngajad