“Akhi, afwan ana tidak ikut iftor bareng.”
“Syukron akh sudah membantu.”
“Ikhwah, jangan lupa besok jaulah ke Madura.”
Sobat-sobat seperjuanganku yang dicintai Allah...
Siapapun yang terjun dalam dunia Dakwah Kampus,
dijamin pasti akan mendapatkan berbagai pengalaman yang sungguh dahsyat. Pengalaman
yang sulit diceritakan, bukan karena tidak bisa cerita, tapi karena terlalu
indah untuk diceritakan, pokoknya pengalaman yang sesuatu banget… Tiap orang
punya ceritanya masing-masing. Tapi kalau pengalaman secara umum, pengalaman
yang pasti dirasakan semua “Penerus Risalah Nabiullah” ini, diantaranya : dapat
teman baru, merasakan indahnya ukhuwah islamiyah, dapat makan-makan bareng, ta’lim
bareng, futsal bareng, jalan-jalan bareng, dapat ilmu agama yang banyak, kekompakan
lembaga, kekompakan departemen, kekompakan kelompok halaqoh, dan kalau berpisah
sukanya nangis..hehe
Nah, kalau saya (Agil.red) juga punya pengalaman yang
tak kalah keren. Apa itu?? Saya memperoleh bahasa baru, bahasa planet Mars. Saya
menamainya bahasa “ana antum”. Itu benar-benar kosa kata baru yang saya belum
pernah pakai dalam dunia pergaulan, terakhir pakai bahasa gituan saat di
Aliyah, itupun saat ujian bahasa Arab saya remidi 2 kali.hehe
Kalau saya list, istilah “ana antum” yang saya
dapatkan di ITS yaitu :
Ana
|
Rihlah
|
Antum
|
Riadoh
|
Akhi
|
Dakwah
Fardhiyah
|
Ukhti
|
Tabayun
|
Syuro’
|
Ta'liful Qulub
|
Syukron
|
Ghozwul
Fikri
|
Afwan
|
Hijab
|
Jazakallah
|
Ifthor
|
Wa'iyyakum
|
Azzam
|
Ikhwan
|
Futur
|
Akhwat
|
Iqob
|
Ikhwah
|
Jaulah
|
Halaqah
|
Ikhtilat
|
Dauroh
|
Ta’lim
|
Tafaddol
|
Tawazun
|
Ghiroh
|
Istimror
|
Tarbiyah
|
Harokah
Islamiyah
|
Murabbi
|
Siyasi
|
Mad’u
|
Iltizam
|
Mas’ul
|
Towa
|
(dapet 40
kosakata baru Jeh)
Bagi kita yang aktif pada kegiatan-kegiatan
dakwah sudah tidak asing lagi. Gaya bahasa seperti itu seolah-olah sudah menjadi sebuah “budaya abadi” yang mewarnai
aktifitas para aktifis dakwah.
Mudah-mudahan ini menjadi budaya yang baik, membudayakan berbahasa Arab
(meskipun gado-gado), bahasanya Al Qur’an, juga bahasanya Surga.
Tapi sobat, ada 2 hal yang sampai sekarang bikin saya
berpikir tiada henti, yaitu :
1.
Bahasa
Arab adalah bahasa yang keren di dunia, tidak kalah keren dibanding Bahasa
Indonesia. Lho kok bisa? Bahasa Arab menjadi bahasa yang “diterima” untuk
dicampur-campur sama bahasa Indonesia. Misal ni “Syukron katsir akh sudah datang
dauroh.” Nah, syukron-katsir-akh-dauroh itu kan bahasa Arab, sisanya bahasa
Indonesia. Jarang kan kita jumpai bahasa lain (selain bhs Inggris) yang sering
dicampur-campur. Bahkan artis komedi tahun ’90-an, Wan Abud, sering pake bahasa
ane, bahlul ente, Fulus. Ini orangnya :
2. Saya
jadi merasa tua. Sejak saya dilahirkan, baru kali ini saya dipanggil “Pak”.
Kalau saya dipanggil seperti itu 10 tahun lagi ndak masalah. Sekarang ini saya
belum resmi menjadi seorang Bapak. Tapi ya gak papa lah, lama-lama terbiasa.
Kebiasaan memanggil “Pak” ini ketika akhwat memanggil ikhwan. Dan telah
dimaklumi oleh semua ikhwan, ya gak wan??
Hal ini insya Allah dimaklumi (oleh ikhwan) karena mungkin sebagian
akhwat merasa lebih nyaman / save
menggunakan panggilan ’Pak’ daripada ’Akh’. Biar bisa menjaga hati kedua belah
pihak insya Allah.--- ini baru dugaan
lho ya, kurang tahu faktanya.
3. Anta
berubah jadi antum. Waktu saya berpapasan dengan aktifis dakwah (masih
maba) di jurusan. Tiba-tiba senior saya itu menyapa, “Gimana kabar antum?”
Ditanya begitu saya langsung noleh kanan kiri belakang, kok gak ada
siapa-siapa, tapi kok bilangnya antum, bukanya anta. Antum kan artinya kalian
(laki2). Saya kira dia bilang antum tu karena ada banyak laki-laki di situ.
Ternyata… saya baru faham hakikat hidup aktifis setelah 1 tahun kemudian (pas
jadi koor Komisi B Puskom). Asal muasal anta berubah jadi antum :
a.
Kata
antum diambil dari Al Qur’an, di mana Allah sering memanggil hambaNya (manusia)
dengan sebutan antum, seperti dalam Ar Rum:20. Dan ketika Nabi Ibrahim
memanggil anaknya juga dengan sebutan antum, pada surat Al Baqarah:132.
b. Sebagian
pesantren, para santri memanggil guru atau ustadhnya (seorang diri) dengan
panggilan antum, karena itu dipandang lebih sopan dari pada panggilan anta.
c.
Bagi
banyak kalangan, pemanggilan antum dipandang sebagai bentuk penghormatan kita
terhadap saudara kita yang kita ajak bicara. Meskipun yang kita ajak bicara 1
orang, panggilan antum dirasa lebih halus dan ramah dari pada anta.
Segala sesuatu itukan ada istilah baik dan benar. Baik
belum tentu benar, kalau benar insya Allah baik. Benar lebih condong kepada precision (ketepatan). Jika kita
hubungkan dalam dakwah, berarti kita berbahasa yang tepat sesuai medan tempur.
Kita di masjid, ya “ana antum”, di kampung ya “kulo panjenengan”, di kelas bisa
“aku kamu”, di tempat lain bisa “loe gue”, “aku sampean”, atau yang puitis
“daku dikau”, ada yang punya temen keturunannya Angling Dharmo ya dipanggil
“kisanak”. Ok gan!
Terlalu bahaya kalau kita paksakan membahasakan “antm
antum” di lingkungan umum berpotensi dianggap ekslusif. So, aktifis dakwah harus
siap jadi bunglon. Ada dalam surat Ibrahim ayat 4, ”Tidak Kami utus seorang Rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa kaumnya.”
Namun, ada kalanya agak eklusif dikit juga gak papa.
Ada baiknya kita mencoba bicara pake “ana antum” ke temen-temen di kelas atau
yang lain. Tapi syaratnya kita harus bener-bener memastikan bahwa itu kondisi
yang tepat. Artinya tepat, yang kita ajak ngomong “ana antum” tu tipe orangnya
tidak mudah sensi, juga harus sudah care
dan akrab banget sama kita.
Saya bilang begini karena pernah punya pengalaman
kecelakaan. Meksudnya kecelakaan, kejadiannya tidak sengaja. Waktu awal-awal
saya masuk dunia dakwah, kan masih semangat-semangatnya nyobain bahasa “ana
antum”. Waktu di kelas saya keceplosan, ngajak ngomong 2 temen saya waktu itu
(berinisial R dan Z). “Antum udah selesai tugas MRV?” karuan aja, komting saya
langsung bereaksi, “Weits Agil rek, ngomongnya tinggi. Insya Allah sudah
selesai akhi.” Lha, dia malah ganti bergaya “aktifis dakwah”. Semenjak itu, dia
kalau ketemu saya sering ngomon kayak gitu. Misal pagi-pagi sebelum masuk
kelas, “Akhi agil gimana kabar antum?” Cieh, mikirku, jadi ketularan dia.
Mudah-mudahan ini termasuk penularan yang bernilai kebaikan. Aminn!
Jazakumullahu khairan katsir…………..