Dari Abdullah bin Salam ra., Nabi saw. bersabda: Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam,
berilah makan dan sholatlah di waktu malam sementara manusia sedang tidur, maka
kalian akan masuk surga dengan selamat. (HR. Tirmidzi)
Melihat
judulnya, kayaknya ini tulisan tentang makanan. Siapa yang gak mau coba, udah
harganya murah, rasanya enak, porsinya banyak. Puas deh.
Makna “Murah
Enak Banyak” kali ini tidak mengupas makanan dan sejenisnya. Seperti firman
Allah di atas, kita diamanahkan
oleh Allah untuk memperbanyak amal sholeh, baik amalan hablu minallah atau hablu
minannas. Ini membuktikan seberapa besar
kecintaan kita pada-Nya. Nah, sebagai ganjarannya. Allah itu Maha Adil, Maha
Bijaksana, Maha Kaya, akan banyak limpahan pahala yang dikasihkan kepada kita. Semakin banyak berjuang maka
banyak pahala. Misal, jihad fisabilillah, berdakwah, berperang, juga ibadah
haji. Itu semua amalan yang tidak mudah, capek, pusing , butuh pengorbanan
bahyak hal seperti tenaga, pikiran, uang dsb, sehingga pahalnya pun melimpah
sesuai beratnya amalan tersebut.
Namun, inilah
bukti Maha Pemurah-nya Allah, ada juga amalan-amalan kebaikan yang tidak
terlalu memeras keringat, mudah dikerjakan, tetapi pahalanya mantap abissss....
Saya menyebutnya amalan yang “Murah Enak Banyak”. Murah, karena dananya sedikit
atau bahkan tidak membutuhkan dana, alias gratis. Enak, karena jika kita
meresapi sungguh-sungguh dengan khusyuk, maka amalan tsb akan terasa nikmaaaat
sekali. Banyak, ini dia bagian yang keren, udah mudah, nikmat, peluang
pahalanya banyak banget. Seperti curahan air hujan yang turun ke muka bumi,
seperti bintang yang bertaburan di angkasa, seperti laron yang berterbangan di
bawah sinar lampu saat musim hujan, seperti nyamuk yang menyerang Manarul tiap
malam. J
Yang saya fahami
saat menimba ilmu agama sejak SD sampai sekarang, ada 3 amalan yang masuk 3
kriteria tersebut, saya menyebutnya 3S. Amalan yang “Murah Enak Banyak” adalah
:
Yuk kita kupas
satu-satu :
Shalat
“Barangsiapa
keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk shalat fardhu maka pahalanya
seperti haji.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan olah Syeikh Albani).
Kata alm. Ust
Zainudin MZ saat pengajian ngabuburit waktu saya masih SD, beliau mengatakan
shalat adalah ibadah yang mudah, tidak mengeluarkan uang, tidak menguras fisik
dan pikiran, tapi paling susah dilakukan. Bawaannya males terus. Padahal kalau
kita sudah khusyuk, kita akan merasakan nikmatnya shalat. Waktu itu fikiran
kita benar-benar terfokuskan untuk “berdialog” dengan Allah.
Alkisah, sang pembela Islam Ali bin Abi Thalib tertancap
mata panah di punggung saat pasukan Islam menggempur musuh. Beliau sungguh
kesakitan, dan tak ada cara lain kecuali mencabut mata panah itu. Lalu
dalam kesakitannya Ali bin Abi Thalib berkata, “cabut mata panah ini saat
aku berdiri di rakat kedua..” Lalu Beliau menunaikan shalat sunnah 2 rakaat.
Pelan, tenang, tuma’ninah. Tak ada lagi tanda kesakitan di wajahnya yang tunduk
khusyu’ Rakaat kedua tiba dan mereka mencabut anak panah itu. Tak ada tanda
kesakitan. hanya darah segar yang mengalir deras. Luka segera diobati. Setelah
salam akhir shalat, sang pembela Islam ini bertanya, “Sudahkah dicabut mata
panah tadi?”
“Sesungguhnya yang pertama kali akan
dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb
kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -padahal Dia lebih
mengetahui-, “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?”
Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika
terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku
memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah
berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan
yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.”
Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.” (HR Abu
Daud)
Allah sungguh Maha Pemurah, seperti
yang tertuang pada hadits di atas, salah satu hikmah dianjurkannya shalat
sunnah adalah sebagaipenutup kurang sempurnanya shalat fardhu kita. Dan karena
shalat adalah amal yang pertama di hisab, shalat menjadi tolok ukur semua
amalan manusia, jika seseorang tidak shalat, maka amalan lain tidak akan
diperiksa. (dari Ust Mudhafar).
Berhubung shalat adalah ibadah yang vital, tidak cukup hanya benar
gerakannya. Namun harus tenang, tuma’ninah, dan khusyuk. Ada kisah sahabat yang
ditulis di Sahih Bukhari tentang pentingnya tuma’ninah.
Masuklah seorang pria ke dalam
masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah selesai, ia segera
menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu,
"Sahabatku, engkau tadi belum shalat! "Betapa kagetnya orang itu
mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan
mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat
cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu. Setelah
melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW.
Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi
shalatmu! Engkau tadi belum shalat."Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia
merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang
hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang
sama. Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu
mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai
Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa
melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah
aku!""Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum,
"Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah,
kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling
mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau
berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga
engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."
Kekhusukan ruhani akan sulit
tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan
terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati
setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi
dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka
fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna.
Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak
shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).
Shaum
Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan
Akulah yang akan membalasnya.” (HR Bukhari Muslim)
Ibadah-ibadah lain akan mendapat pahala yang cepat sejak
dari dunia ini sampai akhirat dengan takaran-takaran yang sudah digambarkan
oleh Allah SWT. Misalnya pahala ibadah sunat dalam bulan Ramadhan seperti
pahala ibadah wajib pada bulan lain.
Sedangkan Ibadah wajib pada bulan Ramadhan akan
dilipatgandakan oleh Allah dari 10 sampai 700 kali lipat. Lain halnya dengan
puasa. Puasa itu akan dibalas oleh Allah SWT melebihi ibadah lain. Hanya Allah
yang tahu ukurannya, yang pasti jumlahnya jumbo.
Dalam surat Al Ahzab ayat
35, Allah telah menyiapkan kepada kita ampunan dan pahala yang besar bagi kita
yang :
1.
Laki-laki dan
perempuan muslim dan muslimah.
2.
Laki-laki dan
perempuan yang beriman.
3.
Laki-laki dan
perempuan yang taat.
4.
Laki-laki dan
perempuan yang jujur.
5.
Laki-laki dan
perempuan yang sabar.
6.
Laki-laki dan
perempuan yang khusyu’.
7.
Laki-laki dan
perempuan yang rajin bersedekah.
8.
Laki-laki dan
perempuan yang rajin puasa.
9.
Laki-laki dan
perempuan yang menjaga kemaluannya.
10.
Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah.
Karena puasa adalah ibadah yang khusus
dipersembahkan kepada Allah, banyak kelebihan – kelebihan yang Allah berikan
kepada kita yang gemar berpuasa. Ada dalam hadits sohih berikut;
Demi tuhan yang jiwa Muhammad berada
di tangan-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi. Seorang yang
berpuasa memiliki dua kegembiraan; ketika berbuka
puasa maka dia merasa senang, dan ketika berjumpa dengan Rabbnya maka dia pun merasa senang dengan
puasanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Saat itu malam Idul Fitri seperti biasanya Rasulullah SAW
dan para sahabat membaca Takbir, Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram. Saat
sedang bertakbir, tiba-tiba Rasulullah SAW keluar dari kelompok dan menepi ke
arah dinding. Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya (layaknya
orang berdoa) lalu Rasulullah SAW mengatakan : “Amin” sampai tiga kali.
Setelah Rasulullah SAW mengusapkan kedua tangan diwajahnya
(layaknya orang selesai berdoa) para sahabat mendekati dan bertanya, “Ya
Rasulullah, apa yang terjadi sehingga engkau mengangkat kedua belah tanganmu
sambil mengatakan : “Amin” sampai tiga kali?” Jawab Rasulullah SAW, “Tadi saya
didatangi Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya”.
“Apa gerangan doa yang dibacakan Jibril itu ya Rasulullah?”
tanya sahabat. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Kalau kalian ingin tahu
inilah doa yang disampaikan Jibril dan saya mengaminkan” :
1. “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah diterima amal ibadah
kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang
tuanya dan belum dimaafkan“. Rasulullah SAW mengatakan : “Amin”.
2. “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah diterima amal ibadah
kaum muslimin selama bulan Ramadhan apabila suami isteri masih berselisih
dan belum saling memaafkan“. Rasulullah SAW mengatakan : “Amin”.
3. “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah diterima amal Ibadah
kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan
kerabatnya masih berselisih dan belum saling memaafkan“. Rasulullah SAW
mengatakan : “Amin”.
Disamping puasa
Ramadhan, salah satu puasa yang utama yang dianjurkan Rosulullah adalah puasa
senin kamis.
Suatu
ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah. “Wahai Rasulullah. Kenapa
engkau selalu melaksanakan puasa pada hari Senin dan Kamis saja?”. Ada yang
tahu apa jawaban Rasulullah?
Seketika Rasulullah menjawab,
“Ketahuilah, Saudaraku. Hari Senin adalah hari dimana aku diturunkan ke dunia.
Hari dimana aku lahir dari rahim ibuku, pertama kalinya aku menyentuh alam ini.
Aku sangat bersyukur atas kelahiranku di dunia, dan aku menunjukkan rasa
syukurku dengan melaksanakan puasa pada hari itu,”. “Lalu bagaimana dengan hari
Kamis, ya Rasul? Apa istimewanya hari itu?” Tanya sahabat lagi. Dengan tenang
Rasulullah menjawab, “Tahukah engkau, Saudaraku? Bahwa pada hari itu (Kamis)
semua amal ibadah umat manusia dikumpulkan dihadapan Allah oleh para malaikat.
Tidakkah engkau merasa bahagia jika di saat amalmu sedang diperiksa, engkau
sedang dalam keadaan beribadah kepadaNya?”.
Senyum
“Senyumanmu
di depan wajah saudaramu adalah sedekah.”. (Riwayat At-Tirmidzi)
Ini adalah amalan kebaikan paling murah di dunia, tidak
membutuhkan biaya,
tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibir kita kemudian masuk ke kalbu. Meskipun
ringan, efektifitasnya dalam
mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa. Meskipun ringan, amalan
ini disejajarkan dengan shadaqoh oleh Allah. Inilah salah satu kesempurnaan Islam. Hal-hal yang
kecil diperhatikan dan begitu dihargai.
Senyum adalah salah satu wasilah (sarana) dakwah Rosul yang terbaik. Rasulullah SAW sangat terkenal dengan senyumannya. Setiap
bertemu Rosulullah SAW pasti mereka akan merasa sangat nyaman. Banyak kesaksian dan kisah
Rasulullah SAW yang diceritakan oleh para sahabat, diantaranya adalah:
- Rasulullah SAW menyatakan bahwa senyum adalah ibadah.
- Rasulullah SAW selalu tersenyum pada istrinya.
- Senyuman merupakan wujud tertawa Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak.
- Rasulullah SAW menggunakan senyuman ketika menegur seseorang.
- Rasulullah SAW tetap tersenyum ketika menerima ancaman.
- Rasulullah SAW tersenyum ketika membebaskan tawanan orang kafir.
- Walaupun Rasulullah SAW sering tersenyum ketika disakiti, namun jika hukum Allah dilanggar, wajahnya akan memerah karena marah.
Kenapa senyum disejajarkan dengan
shadaqoh?? Sepertinya halnya ketika kita bersedekah kepada seseorang dengan
nominal uang tertentu. Kita memberikan harta tersebut dengan ikhlas dan bisa
mengurangi beban orang lain. Begitu pun senyuman, ketika kita bisa tersenyum
dengan tulus and ikhlas, ini bisa mengurangi perasaan orang lain yang sedang
murung. Beban mereka pun akhirnya sedikit terobati dengan senyuman kita. Senyun
bisa mengobati rasa galau, pusing, penat, bahkan bisa menghilangkan marah.
Ada kisah menarik dari David J. Schwardz. Penulis
buku “Berpikir dan Berjiwa besar”.
“Saya
sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas berganti hijau ketika mobil saya
ditabrak dari belakang. Pengemudi dibelakang saya agaknya terlambat menginjak
rem dan akibatnya bemper belakang mobil saya miring. Saya melihat ke belakang
lewat kaca spion dan melihatnya turun keluar. Saya keluar dan siap bertengkar.
Saya akui bahwa saya siap menyerangnya secara verbal.
Namun, untunglah, sebelum saya mendapat kesempatan
ini, ia berjalan menghampiri saya sambil tersenyum dan berkata dengan nada yang
bersungguh-sungguh, "Saya sungguh tidak sengaja." Senyuman itu dipadu
dengan komentar yang tulus, meluluhkan saya. Saya menggumam, "Tidak
apa-apa. Ini memang sering terjadi." Dalam waktu yang singkat sekali amarah saya berubah menjadi
persahabatan.”
Kisah terakhir, Abu Yazid Al Busthami,
pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya
kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu, “Tuan Guru, sepanjang
hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain
sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah
mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa
saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan ?”
Sang Guru
menjawab sederhana, “Perbaiki
penampilanmu dan ubahlah raut
mukamu. Kau tahu, Rasulullah SAW adalah penduduk dunia yang miskin namun
wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah SAW, salah
satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga
kepadanya.”
Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.
Mulai hari itu,
wajahnya sentiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa
mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh
kesah. Keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,wajahnya sentiasa
menguntum senyum bersahabat. Riak mukanya berseri.
Tak heran jika
Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah muka yang ramah
dan penuh senyum. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan, senyum adalah
sedekah paling murah tetapi besar pahalanya.