Rabu, 13 Juni 2012

Murah Enak Banyak




Dari Abdullah bin Salam ra., Nabi saw. bersabda: Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan dan sholatlah di waktu malam sementara manusia sedang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat. (HR. Tirmidzi)



Melihat judulnya, kayaknya ini tulisan tentang makanan. Siapa yang gak mau coba, udah harganya murah, rasanya enak, porsinya banyak. Puas deh.

Makna “Murah Enak Banyak” kali ini tidak mengupas makanan dan sejenisnya. Seperti firman Allah di atas, kita diamanahkan oleh Allah untuk memperbanyak amal sholeh, baik amalan hablu minallah atau hablu minannas. Ini membuktikan seberapa besar kecintaan kita pada-Nya. Nah, sebagai ganjarannya. Allah itu Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kaya, akan banyak limpahan pahala yang dikasihkan kepada kita. Semakin banyak berjuang maka banyak pahala. Misal, jihad fisabilillah, berdakwah, berperang, juga ibadah haji. Itu semua amalan yang tidak mudah, capek, pusing , butuh pengorbanan bahyak hal seperti tenaga, pikiran, uang dsb, sehingga pahalnya pun melimpah sesuai beratnya amalan tersebut. 

Namun, inilah bukti Maha Pemurah-nya Allah, ada juga amalan-amalan kebaikan yang tidak terlalu memeras keringat, mudah dikerjakan, tetapi pahalanya mantap abissss.... Saya menyebutnya amalan yang “Murah Enak Banyak”. Murah, karena dananya sedikit atau bahkan tidak membutuhkan dana, alias gratis. Enak, karena jika kita meresapi sungguh-sungguh dengan khusyuk, maka amalan tsb akan terasa nikmaaaat sekali. Banyak, ini dia bagian yang keren, udah mudah, nikmat, peluang pahalanya banyak banget. Seperti curahan air hujan yang turun ke muka bumi, seperti bintang yang bertaburan di angkasa, seperti laron yang berterbangan di bawah sinar lampu saat musim hujan, seperti nyamuk yang menyerang Manarul tiap malam. J
Yang saya fahami saat menimba ilmu agama sejak SD sampai sekarang, ada 3 amalan yang masuk 3 kriteria tersebut, saya menyebutnya 3S. Amalan yang “Murah Enak Banyak” adalah : 



Yuk kita kupas satu-satu :

Shalat
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk shalat fardhu maka pahalanya seperti haji.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan olah Syeikh Albani).

Kata alm. Ust Zainudin MZ saat pengajian ngabuburit waktu saya masih SD, beliau mengatakan shalat adalah ibadah yang mudah, tidak mengeluarkan uang, tidak menguras fisik dan pikiran, tapi paling susah dilakukan. Bawaannya males terus. Padahal kalau kita sudah khusyuk, kita akan merasakan nikmatnya shalat. Waktu itu fikiran kita benar-benar terfokuskan untuk “berdialog” dengan Allah.

Alkisah, sang pembela Islam Ali bin Abi Thalib tertancap mata panah di punggung saat pasukan Islam menggempur musuh. Beliau sungguh kesakitan, dan tak ada cara lain kecuali mencabut mata panah itu. Lalu dalam kesakitannya Ali bin Abi Thalib berkata, “cabut mata panah ini saat aku berdiri di rakat kedua..” Lalu Beliau menunaikan shalat sunnah 2 rakaat. Pelan, tenang, tuma’ninah. Tak ada lagi tanda kesakitan di wajahnya yang tunduk khusyu’ Rakaat kedua tiba dan mereka mencabut anak panah itu. Tak ada tanda kesakitan. hanya darah segar yang mengalir deras. Luka segera diobati. Setelah salam akhir shalat, sang pembela Islam ini bertanya, “Sudahkah dicabut mata panah tadi?”

“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui-, “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.” (HR Abu Daud)

Allah sungguh Maha Pemurah, seperti yang tertuang pada hadits di atas, salah satu hikmah dianjurkannya shalat sunnah adalah sebagaipenutup kurang sempurnanya shalat fardhu kita. Dan karena shalat adalah amal yang pertama di hisab, shalat menjadi tolok ukur semua amalan manusia, jika seseorang tidak shalat, maka amalan lain tidak akan diperiksa. (dari Ust Mudhafar).

Berhubung shalat adalah ibadah yang vital, tidak cukup hanya benar gerakannya. Namun harus tenang, tuma’ninah, dan khusyuk. Ada kisah sahabat yang ditulis di Sahih Bukhari tentang pentingnya tuma’ninah.

Masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum shalat! "Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu. Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat."Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama. Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!""Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."
Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Shaum
Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR Bukhari Muslim)
Ibadah-ibadah lain akan mendapat pahala yang cepat sejak dari dunia ini sampai akhirat dengan takaran-takaran yang sudah digambarkan oleh Allah SWT. Misalnya pahala ibadah sunat dalam bulan Ramadhan seperti pahala ibadah wajib pada bulan lain.
Sedangkan Ibadah wajib pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah dari 10 sampai 700 kali lipat. Lain halnya dengan puasa. Puasa itu akan dibalas oleh Allah SWT melebihi ibadah lain. Hanya Allah yang tahu ukurannya, yang pasti jumlahnya jumbo.
Dalam surat Al Ahzab ayat 35, Allah telah menyiapkan kepada kita ampunan dan pahala yang besar bagi kita yang :
1.        Laki-laki dan perempuan muslim dan muslimah.
2.        Laki-laki dan perempuan yang beriman.
3.        Laki-laki dan perempuan yang taat.
4.        Laki-laki dan perempuan yang jujur.
5.        Laki-laki dan perempuan yang sabar.
6.        Laki-laki dan perempuan yang khusyu’.
7.        Laki-laki dan perempuan yang rajin bersedekah.
8.        Laki-laki dan perempuan yang rajin puasa.
9.        Laki-laki dan perempuan yang menjaga kemaluannya.
10.    Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah.

Karena puasa adalah ibadah yang khusus dipersembahkan kepada Allah, banyak kelebihan – kelebihan yang Allah berikan kepada kita yang gemar berpuasa. Ada dalam hadits sohih berikut;
Demi tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi. Seorang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan; ketika berbuka puasa maka dia merasa senang, dan ketika berjumpa dengan Rabbnya maka dia pun merasa senang dengan puasanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saat itu malam Idul Fitri seperti biasanya Rasulullah SAW dan para sahabat membaca Takbir, Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram. Saat sedang bertakbir, tiba-tiba Rasulullah SAW keluar dari kelompok dan menepi ke arah dinding. Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya (layaknya orang berdoa) lalu Rasulullah SAW mengatakan : “Amin” sampai tiga kali.

Setelah Rasulullah SAW mengusapkan kedua tangan diwajahnya (layaknya orang selesai berdoa) para sahabat mendekati dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang terjadi sehingga engkau mengangkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan : “Amin” sampai tiga kali?” Jawab Rasulullah SAW, “Tadi saya didatangi Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya”.

“Apa gerangan doa yang dibacakan Jibril itu ya Rasulullah?” tanya sahabat. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Kalau kalian ingin tahu inilah doa yang disampaikan Jibril dan saya mengaminkan” :

1. “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah diterima amal ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang tuanya dan belum dimaafkan“. Rasulullah SAW mengatakan : “Amin”.
2. “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah diterima amal ibadah kaum muslimin selama bulan Ramadhan apabila suami isteri masih berselisih dan belum saling memaafkan“. Rasulullah SAW mengatakan : “Amin”.
3. “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan kerabatnya masih berselisih dan belum saling memaafkan“. Rasulullah SAW mengatakan : “Amin”.

Disamping puasa Ramadhan, salah satu puasa yang utama yang dianjurkan Rosulullah adalah puasa senin kamis.
Suatu ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah. “Wahai Rasulullah. Kenapa engkau selalu melaksanakan puasa pada hari Senin dan Kamis saja?”. Ada yang tahu apa jawaban Rasulullah?
Seketika Rasulullah menjawab, “Ketahuilah, Saudaraku. Hari Senin adalah hari dimana aku diturunkan ke dunia. Hari dimana aku lahir dari rahim ibuku, pertama kalinya aku menyentuh alam ini. Aku sangat bersyukur atas kelahiranku di dunia, dan aku menunjukkan rasa syukurku dengan melaksanakan puasa pada hari itu,”. “Lalu bagaimana dengan hari Kamis, ya Rasul? Apa istimewanya hari itu?” Tanya sahabat lagi. Dengan tenang Rasulullah menjawab, “Tahukah engkau, Saudaraku? Bahwa pada hari itu (Kamis) semua amal ibadah umat manusia dikumpulkan dihadapan Allah oleh para malaikat. Tidakkah engkau merasa bahagia jika di saat amalmu sedang diperiksa, engkau sedang dalam keadaan beribadah kepadaNya?”.

Senyum
“Senyumanmu di depan wajah saudaramu adalah sedekah.”. (Riwayat At-Tirmidzi)
Ini adalah amalan kebaikan paling murah di dunia, tidak membutuhkan biaya, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibir kita kemudian masuk ke kalbu. Meskipun ringan, efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa. Meskipun ringan, amalan ini disejajarkan dengan shadaqoh oleh Allah. Inilah salah satu kesempurnaan Islam. Hal-hal yang kecil diperhatikan dan begitu dihargai.

Senyum adalah salah satu wasilah (sarana) dakwah Rosul yang terbaik. Rasulullah SAW sangat terkenal dengan senyumannya. Setiap bertemu Rosulullah SAW pasti mereka akan merasa sangat nyaman. Banyak kesaksian dan kisah Rasulullah SAW yang diceritakan oleh para sahabat, diantaranya adalah:

  1. Rasulullah SAW menyatakan bahwa senyum adalah ibadah.
  2. Rasulullah SAW selalu tersenyum pada istrinya.
  3. Senyuman merupakan wujud tertawa Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak.
  4. Rasulullah SAW menggunakan senyuman ketika menegur seseorang.
  5. Rasulullah SAW tetap tersenyum ketika menerima ancaman.
  6. Rasulullah SAW tersenyum ketika membebaskan tawanan orang kafir.
  7. Walaupun Rasulullah SAW sering tersenyum ketika disakiti, namun jika hukum Allah dilanggar, wajahnya akan memerah karena marah.

Kenapa senyum disejajarkan dengan shadaqoh?? Sepertinya halnya ketika kita bersedekah kepada seseorang dengan nominal uang tertentu. Kita memberikan harta tersebut dengan ikhlas dan bisa mengurangi beban orang lain. Begitu pun senyuman, ketika kita bisa tersenyum dengan tulus and ikhlas, ini bisa mengurangi perasaan orang lain yang sedang murung. Beban mereka pun akhirnya sedikit terobati dengan senyuman kita. Senyun bisa mengobati rasa galau, pusing, penat, bahkan bisa menghilangkan marah.
Ada kisah menarik dari David J. Schwardz. Penulis buku “Berpikir dan Berjiwa besar”.
“Saya sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas berganti hijau ketika mobil saya ditabrak dari belakang. Pengemudi dibelakang saya agaknya terlambat menginjak rem dan akibatnya bemper belakang mobil saya miring. Saya melihat ke belakang lewat kaca spion dan melihatnya turun keluar. Saya keluar dan siap bertengkar. Saya akui bahwa saya siap menyerangnya secara verbal.
Namun, untunglah, sebelum saya mendapat kesempatan ini, ia berjalan menghampiri saya sambil tersenyum dan berkata dengan nada yang bersungguh-sungguh, "Saya sungguh tidak sengaja." Senyuman itu dipadu dengan komentar yang tulus, meluluhkan saya. Saya menggumam, "Tidak apa-apa. Ini memang sering terjadi." Dalam waktu yang singkat sekali amarah saya berubah menjadi persahabatan.

Kisah terakhir, Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu, “Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan ?
Sang Guru menjawab sederhana, Perbaiki penampilanmu dan ubahlah raut mukamu. Kau tahu, Rasulullah SAW adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah SAW, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya. Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.
Mulai hari itu, wajahnya sentiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah.  Keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,wajahnya sentiasa menguntum senyum bersahabat. Riak mukanya berseri.
Tak heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah muka yang ramah dan penuh senyum. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi besar pahalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar